Sabtu, 13 April 2013

BIODEGRADASI SENYAWA ORGANIK


Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon

Biodegradasi atau penguraian bahan (senyawa) organik oleh mikroorganisme dapat terjadi bila terjadi transformasi struktur sehingga terjadi perubahan integritas molekuler. Proses ini berupa rangkaian reaksi kimia enzimatik atau biokimia yang mutlak memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Perputaran karbon di alam tergantung reaksi katabolik mikroorganisme. Biodegradasi hidrokarbon ini merupakan proses kompleks, yang aspek kuantitatif dan kualitatifnya tergantung kepada sifat alami dan jumlah hidrokarbon tersebut, kondisi lingkungan, dan komponen komunitas mikroba.
Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar seperti senyawa aromatik, resin, dan asfalten lebih lambat dibandingkan dengan senyawa dengan berat molekul rendah. Meski demikian beberapa studi menunjukkan bahwa degradasi pada kondisi optimum terhadap senyawa kompleks memiliki laju yang tinggi.
Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme (Hadi, 2003).
Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal

Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu :
1.   Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung.

2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan   tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar dari pada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membrane sel bakteri Pseudomonas.    

3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh bakteri pseudomonas ke dalam medium.

Mekanisme degradasi hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas 
1. Hidrokarbon Alifatik
Pseudomonas sp. menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas sp. meliputi oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi.
2. Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim katekol 2,3-dioksigenase.
Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa yang terdapat didalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik.  Bakteri ini mampu men-degradasi senyawa hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya. 
Mikroorga-nisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersih-an tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2), bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi.

Berikut adalah reaksi degradasi senyawa hidrokarbon fraksi aromatik oleh bakteri  yang diawali dengan pembentukan Pro-to-ca-techua-te atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubung-an dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.

Bakteri hidrokarbonoklastik diantaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus, dan Bacillus.  Bakteri-bakteri tersebut banyak tersebar di alam, termasuk dalam perairan atau sedimen yang tercemar oleh minyak bumi atau hidrokarbon. Kita hanya perlu mengisolasi bakteri hidrokarbonoklastik tersebut dari alam dan mengkulturnya, selanjutnya kita bisa menggunakannya sebagai peng-olah limbah minyak bumi yang efektif dan efisien, serta ramah lingkungan.

Pertanyaan:
1. Dari artikel diatas disebutkan bahwa Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar seperti senyawa aromatic terjadi relative lambat, mengapa demikian dan apa upaya yang dapat dilakukan agar laju dapat dipercepat?

2. Seperti yang kita ketahui bahwa hidrokarbon terdiri dari alkana, alkena dan alkuna. Yang ingin saya tanyakan dari ketiganya manakah yang mudah untuk didegradasi terlebih dahulu oleh bakteri mengapa demikian?


3 komentar:

  1. baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda yang nomor satu, sesuai dengan faktor laju biodegradasi yaitu semakin lamanya biodegradasi semakin banyak bagian molekul poliuretan yang sudah diserang oleh mikroorganisme. Apabila
    dibandingkan dengan degradabilitas poliuretan menunjukkan degradabilitas menurun dengan semakin meningkatnya lama biodegradasi. Keadaan tersebutmenunjukkan bahwa penurunan laju biodegradasi dapat disebabkan oleh
    bagian molekul polimer yang dapat diserang oleh mikroorganisme semakin sedikit karena bagian permukaan polimer telah jenuh tertutupi oleh produk biodegradasi. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh gugus fungsi yang dapat
    diserang atau dihidrolisis oleh enzim yang berasal dari mikroorganisme semakin sedikit.

    BalasHapus
  2. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2.... hidrokarbon ada yang jenuh dan tidak jenuh... yang jenuh contohnya senywa alkana .. yang tidak jenuh contohnya alkena dan alkuna,, nah proses biodegradasi yang terdapat pada artikel anda hanya terjadi pada yang jenuh saja,,, mengapa..? karena yang tidak jenuh itu tidak bisa membentuk senyawa kecuali bila di oksidasi terlebih dahulu membentuk ikatan jenuh ( alkana ),, kesimpulannya,, tidak terdapat biodegradasi untuk hidrokarbon tak jenuh ( alkena dan alkuna ).. itu pendapat... :)

    BalasHapus
  3. saya akan mencoba mencoba menjawab pertanyaan anda yang no. 1.
    seperti yang telah di jelaskan oleh artikel anda di atas bahwa:
    "Biodegradasi hidrokarbon oleh komunitas mikroba tergantung pada komposisi komunitas dan respon adaptif terhadap kehadiran hidrokarbon. Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar, lebih lambat dibandingkan dengan senyawa dengan berat molekul rendah. Meski demikian beberapa studi menunjukkan bahwa degradasi pada kondisi optimum terhadap senyawa kompleks memiliki laju yang tinggi."

    jadi dapat di simpulkan bahwa berat molekul itu merupakan faktor yang mempengaruhi laju biodegradasi.makin besar berat molekulnya maka makin lama laju biodegradasinya. tapi laju biodegradasi senyawa dengan berat molekul yg besar itu dapat dipercepat bila dalam kondisi optimum. kondisi optimum disini yaitu dengan meningkatkan faktor-faktor pendukung baik bagi mikroba pendegradasinya maupun lingkungannya.

    BalasHapus