Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon
Biodegradasi atau penguraian bahan (senyawa) organik oleh
mikroorganisme dapat terjadi bila terjadi transformasi struktur sehingga
terjadi perubahan integritas molekuler. Proses ini berupa rangkaian reaksi
kimia enzimatik atau biokimia yang mutlak memerlukan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Perputaran karbon di alam tergantung reaksi katabolik
mikroorganisme.
Biodegradasi hidrokarbon ini merupakan
proses kompleks, yang aspek kuantitatif
dan kualitatifnya tergantung kepada
sifat alami dan jumlah hidrokarbon tersebut,
kondisi lingkungan, dan komponen
komunitas mikroba.
Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat
molekul besar seperti senyawa aromatik, resin, dan asfalten lebih lambat
dibandingkan dengan senyawa dengan berat molekul rendah. Meski demikian
beberapa studi menunjukkan bahwa degradasi pada kondisi optimum terhadap
senyawa kompleks memiliki laju yang tinggi.
Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi
berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi
yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi
oleh mikroorganisme (Hadi, 2003).
Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan
komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi. Jumlah bakteri yang
mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di
dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini
biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal
Terdapat
tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu
:
1.
Interaksi
sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya
rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah
sehingga tidak dapat mendukung.
2. Kontak
langsung (perlekatan) sel dengan permukaan
tetesan hidrokarbon yang
lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat
terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada
permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar dari pada sel dan
pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan
ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membrane sel bakteri Pseudomonas.
3. Interaksi
sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau
tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan
partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat
teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh
bakteri pseudomonas ke dalam medium.
Mekanisme degradasi hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas
Pseudomonas sp. menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya.
Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan
oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah
pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas sp. meliputi
oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom
oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi.
2. Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai
donor elektron secara aerobik oleh bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa
hidrokarbon aromatik disandikan dalam plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen
ini berperan dalam produksi enzim katekol 2,3-dioksigenase.
Metabolisme senyawa ini oleh bakteri
diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang
secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya
didegradasi oleh enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat
masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA,
dan piruvat.
Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa
yang terdapat didalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri
hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu men-degradasi senyawa hidrokarbon
dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan energi yang
diperlukan bagi pertumbuhannya.
Mikroorga-nisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi karena
kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor
elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersih-an tumpahan
minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2),
bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam
lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan
permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini
menguraikan minyak bumi.
Berikut adalah reaksi degradasi senyawa hidrokarbon fraksi aromatik oleh bakteri yang diawali dengan pembentukan Pro-to-ca-techua-te atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubung-an dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
Bakteri hidrokarbonoklastik diantaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus, dan Bacillus. Bakteri-bakteri tersebut banyak tersebar di alam, termasuk dalam perairan atau sedimen yang tercemar oleh minyak bumi atau hidrokarbon. Kita hanya perlu mengisolasi bakteri hidrokarbonoklastik tersebut dari alam dan mengkulturnya, selanjutnya kita bisa menggunakannya sebagai peng-olah limbah minyak bumi yang efektif dan efisien, serta ramah lingkungan.
Pertanyaan:
1. Dari artikel diatas disebutkan bahwa Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar seperti senyawa aromatic terjadi relative lambat, mengapa demikian dan apa upaya yang dapat dilakukan agar laju dapat dipercepat?
2. Seperti yang kita ketahui bahwa hidrokarbon terdiri dari alkana, alkena dan alkuna. Yang ingin saya tanyakan dari ketiganya manakah yang mudah untuk didegradasi terlebih dahulu oleh bakteri mengapa demikian?
1. Dari artikel diatas disebutkan bahwa Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar seperti senyawa aromatic terjadi relative lambat, mengapa demikian dan apa upaya yang dapat dilakukan agar laju dapat dipercepat?
2. Seperti yang kita ketahui bahwa hidrokarbon terdiri dari alkana, alkena dan alkuna. Yang ingin saya tanyakan dari ketiganya manakah yang mudah untuk didegradasi terlebih dahulu oleh bakteri mengapa demikian?
baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda yang nomor satu, sesuai dengan faktor laju biodegradasi yaitu semakin lamanya biodegradasi semakin banyak bagian molekul poliuretan yang sudah diserang oleh mikroorganisme. Apabila
BalasHapusdibandingkan dengan degradabilitas poliuretan menunjukkan degradabilitas menurun dengan semakin meningkatnya lama biodegradasi. Keadaan tersebutmenunjukkan bahwa penurunan laju biodegradasi dapat disebabkan oleh
bagian molekul polimer yang dapat diserang oleh mikroorganisme semakin sedikit karena bagian permukaan polimer telah jenuh tertutupi oleh produk biodegradasi. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh gugus fungsi yang dapat
diserang atau dihidrolisis oleh enzim yang berasal dari mikroorganisme semakin sedikit.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2.... hidrokarbon ada yang jenuh dan tidak jenuh... yang jenuh contohnya senywa alkana .. yang tidak jenuh contohnya alkena dan alkuna,, nah proses biodegradasi yang terdapat pada artikel anda hanya terjadi pada yang jenuh saja,,, mengapa..? karena yang tidak jenuh itu tidak bisa membentuk senyawa kecuali bila di oksidasi terlebih dahulu membentuk ikatan jenuh ( alkana ),, kesimpulannya,, tidak terdapat biodegradasi untuk hidrokarbon tak jenuh ( alkena dan alkuna ).. itu pendapat... :)
BalasHapussaya akan mencoba mencoba menjawab pertanyaan anda yang no. 1.
BalasHapusseperti yang telah di jelaskan oleh artikel anda di atas bahwa:
"Biodegradasi hidrokarbon oleh komunitas mikroba tergantung pada komposisi komunitas dan respon adaptif terhadap kehadiran hidrokarbon. Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar, lebih lambat dibandingkan dengan senyawa dengan berat molekul rendah. Meski demikian beberapa studi menunjukkan bahwa degradasi pada kondisi optimum terhadap senyawa kompleks memiliki laju yang tinggi."
jadi dapat di simpulkan bahwa berat molekul itu merupakan faktor yang mempengaruhi laju biodegradasi.makin besar berat molekulnya maka makin lama laju biodegradasinya. tapi laju biodegradasi senyawa dengan berat molekul yg besar itu dapat dipercepat bila dalam kondisi optimum. kondisi optimum disini yaitu dengan meningkatkan faktor-faktor pendukung baik bagi mikroba pendegradasinya maupun lingkungannya.